Jumat, 08 Januari 2016

Tabahkan Hati Menghadapi Cacian

Hidup kita tidak sendiri. Kita mungkin bergaul dengan keluarga, kerabat, ataupun teman lainnya. Rasa suka, rasa simpati, ataupun keinginan untuk dipuji bisa timbul dalam pergaulan itu.
nekahandayani.blogspot.com
Tapi biasa, sifat manusia pada umumnya, keinginan untuk dinilai baik, keinginan untuk disukai ataupun keinginan untuk disanjung selalu menonjol pada setiap manusia daripada keinginan untuk dikritik apalagi dicela. Hampir tak orang yang ingin dicela. Inginnya dipuji terus walaupun ada yang perlu diperbaiki.

Seorang Dai kesohor pernah berujar, "jangan lemah kalau dicaci, jangan lalai kalau dipuji,". Ungkapan ini adalah sebuah resep. Pujian seringkali melalaikan kita. Dipuji bukannya tambah semangat bekerja, dipuji bukannya tambah produktif tapi malah membuat kita leha-leha. "Ah santai aja Belanda masih jauh," katanya.
Terhadap cacian atau celaan, kita pun sering marah. "Alah kamu bisanya ngomong tha', Nih coba kalau kamu yang bikin, pasti kamu ngga bisa," begitu ujarnya bila ada orang yang mencelanya. Memang celaan, cacian ataupun kritikan itu kadang-kadang pahit. Tapi kalau kita tidak lemah menghadapi itu semua dan mau mendengarkan apa kata mereka yang mengkritik sungguh ada hikmah yang luar biasa bagi kemajuan hidup kita.

Gelas Kaca Berbahan Plastik

bisakimia.com
Karakter orang itu bermacam-macam. Ada yang pemarah, mudah senyum, sangat perasa, cepat tersinggung atau sama sekali tidak peka terhadap ucapan orang lain. Ada juga yang punya karakter supel, mudah bergaul, periang, dan bersahaja. Jadi teringat ada sebuah lagu anak-anak, "Ku punya teman namanya Si Paul, orangnya lucu dan pandai bergaul" ha..ha....
Aku juga punya puisi seperti ini,
Ku punya teman yang halus perasaannya,
sedikit saja Ku berbicara
Bila tak hati-hati mudah sekali menyinggung perasaannya
Tapi,
Ku juga punya teman yang bila berbicara dengannya dengan teguran halus bahkan keras
sekali pun ia tak mempedulikannya

Ada lagi karakter temanku, yang bila ia bicara, ia lepas kontrol, berbicara tanpa dipikir dulu sehingga yang keluar dari mulutnya gambaran hati yang buruk.

Ada peribahasa menarik "mulutmu harimau". Peribahasa ini memberikan arti bahwa hati-hati dengan mulut sebab jangan-jangan suatu saat nanti akibat mulut kita yang kurang tertata bisa memangsa diri kita juga.

Karakter yang halus perasaannya, menurutku seperti sebuah gelas kaca, yang perkataannya selalu enak didengar, enak dimulut, tapi juga gampang pecah bila tersenggol sesuatu. Sedangkan karakter yang sama sekali tidak peka terhadap perkataan orang seumpama sebuah gelas plastik yang walau dibanting berkali-kali pun ia tidak pecah. So, karakter mana yang kita pilih, "up to you," katanya..ha..ha.

Tapi sebaiknya kita mencontoh dua gelas itu, kita harus punya sifat yang lembut perasaannya tapi juga tahan banting, tidak mudah tersinggung terhadap apa yang orang katakan. Mungkin gelas itu adalah gelas kaca tapi sekeras plastik, may bee....

Selasa, 05 Januari 2016

Pak Tua Mungkin sudah Tiada

Hasil gambar untuk gambar sampah Sudah beberapa tahun ini, aku tidak melihat sosok tua itu. Dulu ia di siang bolong terlihat tertatih-tatih membawa pikulan, berisi buah pisang. Pak Tua itu yang saban hari berjualan pisang keliling perumahan ini, rupanya sudah tidak nongol lagi, Entahlah kemana ia sekarang, Dulu ia tak kenal lelah dan pantang menyerah itulah Pak Tua sungguh semangatnya mencari sesuap nasi membuat diriku malu, kenapa aku tidak bisa berbuat seperti itu. "Pisang, pisang teriaknya", sambil terus menyusuri perumahan ini.
    Mungkin rasa gengsi yang menyelimuti siapapun termasuk diriku, untuk bekerja seperti ia, Tapi percayalah gengsi itulah yang akan membelit diri kita mengapa kita tak bisa menggapai rizki yang maksimal. Kata orang, "orang yang gengsian itu, kagak bisa makan". Dipikir-pikir betul juga. Banyak orang sukses seolah mereka tak punya rasa "malu". Ada orang-orang berhasil dari hasil mengumpulkan sampah-sampah orang-orang kaya dan orang miskin. Kita juga bisa lihat ada manusia-manusia yang mdapatkan rizki dari usaha membuang tinja. Oh... sungguh tidak ada yang Engkau ciptakan ini sia-sia. Semua bisa didaur ulang danbermanfaat, pada sisi yang lain juga bisa menghasilkan uang.